HOMOSEKSUAL

HOMOSEKSUAL:
Antara Cinta, Pilihan Hidup dan Fitrah Manusia



Ngadiyo*
Email: temanengadiyo@yahoo.com


Pengantar

Anugerah Tuhan yang diberikan manusia dengan memiliki keunggulan untuk berpikir dari makhluk lainnya merupakan alat analisa dalam menentukan pilihan hidup. Akal disinilah perannya dalam proses menentukan sesuatu sebelum bertindak. Namun perasaan yang kuat kadang membuat pikiran manusia kalah untuk berpikir ulang. Kebijaksanaan dalam menentukan sebuah tindakan yang seharusnya diimbangi sifat-sifat ketuhanan menjadi pijakan keputusan.
Adalah perilaku homoseksual. Sebuah rasa, dalam ilmu kejiwaan dijabarkan menjadi perilaku yang cenderung memiliki rasa suka terhadap sesama jenis. Bagi sesama pecinta pria disebut gay. Sedangkan bagi sesama wanita yang memiliki orientasi tersebut dinamakan lesbian. Penulis akan menggunakan istilah kaum gay untuk para pecinta sesama pria dan kaun lesbian untuk sesama pecinta wanita. Kaum gay dan lesbian sering dianggap aneh perilakunya. Hal ini banyak faktor yang menjadikan orang bisa berperilaku seperti itu.
Tulisan ini akan menyoroti seputar cinta sesama jenis, perilaku homoseksual sebagai pilihan hidup, dan fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan Dzat Maha Segala, Allah Swt.


Tiupan Rasa Cinta

Keagungan Pencipta manusia yang memiliki kesempurnaan rasa telah ditiupkan kepada makhluk-Nya yaitu manusia. Perasaan ingin mencintai dan dicintai, kasih-mengasihi, cemburu, tolong-menolong, rindu dan masih banyak lagi jenis perasaan yang sekali lagi telah ditiupkan Allah Swt di hati manusia. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2007 :7) menjelaskan salah satu jenis cinta yaitu kasih sayang (al-mahabah) dari beberapa pendapat sebagai berikut:
Kasih sayang artinya kecenderungan secara total kepada orang yang dicintai,kemudian engkau rela mengorbankan diri, nyawa dan hartamu demi dirinya, kemudian engkau mengikutinya secara sembunyi atau terang-terangan. Ada yang berpendapat, usahamu untuk membuat sang kekasih menjadi ridha. Ada yang berpendapat, tenang tapi gundah, gundah tapi tenang. Hati menjadi gundah kecuali setelah berdekatan dengan sang kekasih, hati menjadi gundah kecuali setelah berdekatan dengan sang kekasih.
Intinya Allah Swt telah meniupkan segala rasa atas kehendak-Nya kepada umat manusia. Hal ini sangat erat kaitannya karena ciptaan Tuhan adalah menyifati Penciptanya. Sehingga nama-nama baik Allah (asmaul husna) ingin sekali manusia memperolehnya.
Sebagai ilustrasi rasa cinta yang sesungguhnya adalah perjuangan seorang ibu dari mulai mengandung, melahirkan sampai membesarkan anak-anaknya. Ibu adalah jembatan lahirnya sosok manusia. Ibu mengandung bayi kurang lebih sembilan bulan pada umumnya. Waktu yang tidak sedikit dengan banyak pengorbanan baik tenaga, pikiran untuk senantiasa menjaga bayi yang ada dalam kandungan, asupan nutrisi supaya bayinya sehat dan berkembang dengan normal, aspek mental supaya senantiasa optimis selama mengandung dan masih banyak lagi perjuangan ibu yang sedang mengandung bayi. Inilah perjuangan sejati seorang ibu. Bukan karena ingin dipuji atau sudah menjadi tugasnya semata-mata sebagai kaum wanita, namun karena satu kata yaitu karena cinta.
Banyak ibu-ibu yang menanggung aib saat mengandung, misal karena hubungan diluar nikah bagi yang masih berpegang pada norma. Walau ada juga melakukan kumpul kebo (cohabitation) dalam masyarakat yang sudah dianggap lumrah bahkan membudaya karena adanya kesepakatan atau buah budi (pengertian budaya menurut Ki Hajar Dewantara) di lingkungannya. Namun secara hati nurani, mengandung adalah sebagai wujud cinta sepasang suami-istri untuk meneruskan generasi keturunannya. Lubuk hati manusia yang paling dalam kalau belum mati pasti selalu berkata jujur.
Saat melahirkan, ibu merasakan sakit yang luar biasa. Nyawa adalah taruhannya. Tidak main-main, walau kadang dengan pertimbangan medis bisa dengan operasi sesar. Tangisan bayi menggema, ibu pun dengan suka cita, senyum merekah natural ingin segera melihat perlengkapan tubuh bayinya. Ibu memeriksa jumlah tangan, kaki beserta jarinya, alat-alat indra hidung ,telinga, bibir, alat pembuangan (anus, penis atau vagina) dan mata bayinya. Kegembiraan luar biasa terpancar dari wajah ibu walau darah bersalin masih segar menetes deras dari rahim ibu. Itu semua hilang saat buah hatinya memiliki kelengkapan tubuh yang sempurna. Pujian kepada Tuhan Sang Pencipta, Allah Swt diucapkannya.
Setelah beberapa hari, ibu merawat bayi dengan kesungguhan. Hingga masa anak-anak dan dewasa. Keinginan setiap orang tua pasti supaya anaknya menjadi anak yang baik. Itulah satu ilustrasi cinta sejati orang tua kepada anaknya.
Setelah anak-anak memasuki tahapan usia dengan perkembangan mental, jiwanya memiliki kepekaan melihat, mendengar dalam memahami apa yang terjadi pada dirinya sendiri maupun yang ada disekelilingnya. Munculnya perasaan yang kodrati yaitu menyukai lawan jenis dalam hasrat dan kemudian pada konteks budaya tertentu akan berujud pacaran dengan berbagai macam modelnya. Hal itu semua karena cinta yang berpengaruh pada perilaku manusia untuk menyalurkan fitrahnya. Inilah salah satu tiupan perasaan yang dimiliki manusia dari Allah Swt.
Memang sudah fitrah yang dimiliki manusia dengan menyukai hal yang indah karena ada tiupan rasa keindahan dalam hati yang secara simultan semua alat-alat tubuh dan jiwa menikmati keindahan fisik manusia. Kenikmatan fisik akan menuju kenikmatan angan-angan Melihat manusia indah baik tampan maupun cantik dalam menikmatinya akan berpengaruh dalam tindakan dalam bentuk apapun. Baik yang suka terhadap lawan jenis dan sebaliknya atau bahkan memiliki orientasi seksual keduanya.

Cinta dan Hawa Nafsu

Sekalipun manusia yang memiliki hasrat cinta terhadap yang disukainya dalam bentuk apapun selalu diiringi nafsu. Keinginan yang dikuatkan dengan perasaan sehingga munculah tindakan dengan rasa ikhlas. Kuatnya dorongan perasaan melebihi pikiran akan berakibat fatal apabila tidak disertai pedoman hidup yang telah digariskan oleh Dzat Maha Segala. Manusia butuh mengadu akan berbagai masalah dengan keluh kesah yang menimpanya. Dia-lah Allah Swt tempatnya.
Apabila cinta yang telah dimiliki sepasang suami istri, ini adalah cinta pada tahap pengesahan dimuka agama, masyarakat dan Allah swt melalui perkawinan tentunya. Walau sudah marak tentang kumpul kebo seperti yang dijelaskan diatas. Apalagi kalau cintanya tidak dikontrol dengan melampiaskannya pada sesama jenis. Ini juga sebuah tiupan perasaan menyukai sesama jenis yang dipengaruhi oleh syetan. Jadi manusia wajib berlindung dari godaan syetan yang terkutuk supaya cinta dan hawa nafsunya terkendali dan bisa diperangi oleh dirinya sendiri. Inilah menjadi perang yang dahsyat untuk mengalahkan emosi akan pengaruh jahat. Dalam Al-Qur’an sudah jelas ada dua kecenderungan jiwa yaitu akan berbuat baik atau buruk. Akal dan hati serta imanlah yang akan memutuskan perbuatan yang direncanakan menjadi realita.
Kaum gay dan lesbi berkeyakinan bahwa hubungan sesama jenis adalah sudah given. Mereka melakukannya atas dasar cinta, sehingga kebahagiaan didapatkan dengan memilih hidup sebagai kaum homoseksual. Penulis pernah menghadari dua kali acara berkaitan dengan masalah homoseksual. Pertama, pada tahun 2005 STAIN Purwokerto bekerja sama dengan STAIN Semarang mengadakan diskusi dan launching majalah dengan tema yang sangat bom bastis, tutur salah seorang pembicara yang sekaligus sebagai ketua program jurusan pada salah program di institusi itu. Menjadi satu hal sedikit menyinggung akal sehat saya. Mengapa para mahasiswa yang kuliah di lembaga islam telah lancang menafsirkan kitab suci Al-Qur’an secara ngawur berdasrkan logika bodoh tanpa ada referensi valid bisa mengatakan bahwa perkawinan homoseksual itu perlu dihalalkan. Pandangan ulama moderat katanya perlu melakukan hal itu. Padahal larangan melakukan hubungan sesama jenis itu sudah qath’i, sudah ditetapkan oleh Allah lewat firman-Nya bahwa perbuatan itu dilaknat. Bahkan Sabda Nabi Muhammad Saw berkaitan dengan masalah homoseksual, pelakunya supaya dibunuh saja. Beberapa sahabat ada yang berpendapat dibakar hidup-hidup, dijatuhkan dari bangunan yang tinggi dan ada pula yang dihukum gantung seperti yang telah dilakukan oleh pemerintahan Iran.
Kecaman akan hak asasi manusia dalam perilaku homoseksual terus berlangsung agar perbuatan itu menjadi wajar saja. Namun tetap saja semua agama telah mengharamkan, tidak hanya islam. Walau pemikiran liberal yang ingin merevisi kitab suci masing-masing menjadi argumen kuat bagi mereka.
Penulis melihat melakukan perbuatan apapun sebagai hak individu memang adalah hak asasi bagi setiap orang termasuk perbuatan homoseksual. Namun apakah itu semua menjadi tujuan hidup manusia yang ingin memperoleh kebahagiaan sejati? Salah satu pembicara sekaligus penulis majalah STAIN dengan judul fenomenal ”Indahnya Perkawinan Homoseksual” mengatakan bahwa misalnya seorang gay ditunjukan wanita telanjang maka kelelakiannya tidak akan terangsang. Begitu pula yang diungkapkan oleh ketua Gesang (sebuah organisasi kaum gay di Solo) saat saresehan ”Gay dalam mengantisipasi HIV/AIDS di FISIP UNS tahun 2007) mengatakan sebagai jawaban apakah seorang gay bisa punya anak? Jawab ketua Gesang yang bernama Slamet Raharjo, ”bisa kalau saat bersetubuh membayangkan pria”. Penulis kaget mendengar penuturannya. Memang benar seorang gay tidak terangsang melihat wanita molek? Terangsang kalau melihat pria tampan dan seksi mungkin pikir penulis.
Ketua Gesang sendiri menyikapi penanggulangan HIV AIDS bagi para gay adalah dengan melakukan hubungan seks yang sehat. Slamet Raharjo memaparkan hubungan seks yang sehat supaya terhindar dari penyakit mematikan itu adalah tidak dengan anal, oral seks tidak apa-apa atau menggunakan kondom. Penulis melihat bahwa hubungan seks sesama jenis tidak semata-mata karena cinta dan kasih-sayang. Kalau diamati dengan berbagai perbincangan yang telah penulis lakukan, bahwa mereka melakukan persetubuhan atau dengan istilah mentereng ”ML” (awas bukan judul film lho? )atas dasar suka-sama-suka atau hanya having fun saja. Dengan kata lain hanya sebagai penyaluran nafsu berahi belaka. Bahkan beberapa ada yang menjelaskan mereka punya pacar lain jenis, ada pula yang akan menikah dan yang lebih miris mereka telah berumah tangga dan memiliki momongan. Hal ini mengingatkan sebuah film Amerika ”Broke Back Mountain”. Sebuah film dengan problema homoseks pada tataran kausalitas yang cukup menyita perhatian penulis sendiri.

Melihat Sejarah Kaum Luth AS

Inilah salah satu wujud cinta dengan hawa nafsu yang dipengaruhi syetan. Sejarah bercerita bahwa jaman dahulu saat kaum Nabi Luth AS melakukan perbuatan yang belum pernah dilakukan oleh kaum sebelumnya, bahwa mereka telah dibisiki oleh syetan. Kaum nabi Luth adalah para pria yang memiliki penampilan fisik dengan tampan rupawan. Mereka memiliki kegemaran bermain burung merparti. Suatu saat negeri Sodom mengalami kekeringan yang panjang. Masyarakat pun semakin resah akan musibah yang menimpa mereka. Syetan berbisik supaya segera menghentikan kekeringan dengan melakukan tindakan homoseks. Kaum Sodom akhirnya melakukan perbuatan laknat itu dengan menyamun para pendatang dan berbuat senonoh kepada sesama jenis. Hal itu menjadi kebiasaan, datanglah utusan Allah Swt membawa berita kepada kaumnya supaya menikah dengan wanita-wanita suci bukan mendatangi pria. Namun dakwah yang dilakukan Nabi Luth malah dilawan. Bahkan kaumnya akan mengusir Luth beserta kaumnya. Allah yang Maha Kuasa atas kehendak-Nya, akhirnya kaum Luth yang tidak menaati perintah rasul-Nya ditimpa petaka dengan menjungkirbalikan bumi. Hancurlah kaum Sodom.

Reaksi Kaum Homoseksual terhadap Takdir

Apapun yang melanda perilaku kaum homoseksual dari berbagai sudut pandang telah mengalami pasang-surut konflik sosio-kultural. Dengan demikian penyikapan yang pada umumnya dianggap menyimpang, seiring dengan perkembangan zaman dengan serba-serbinya, arus model pemikiran yang beraneka ragam menggunakan penafsiran daya logika masing-masing yang meyakininya berakibat lain dengan implementasi norma-norma sosial. Begitu juga dengan masalah manusiawi ini. Kaum homoseksual bagi semua agama adalah sebuah perbuatan terlaknat, dikutuk oleh Tuhan. Masyarakat pun memandang hina, Dzat Maha Segala telah berkata demikian melalui firman-Nya. Namun pengaruh laju pemikiran dengan kebebasan tanpa batas pada kebijakan persetujuan sosial di area tertentu membuat pernyataan yang menggemparkan umum. Ini bisa dikatakan bahwa entah mulai kapan, perbuatan homoseksual mendapat perhatian lebih dari berbagai kalangan, baik yang ingin menghukum para pelakunya, membiarkan dengan pandangan sinis dan jijik, serta yang mendukungnya atas nama hak asasi.
Suatu hari penulis mencoba menyelidiki perkembangan homoseksual di Timur Tengah dengan menggunakan mesin pencari ”google”. Dengan tujuan mendapat berita-berita seputar homoseksual di negara-negara Islam. Satu berita penulis temukan tentang dua pelaku homoseksual sedang menjalani hukuman gantung di Iran. Dua orang gay. Mereka telah melakukan perbuatan itu karena diketahui publik sehingga pihak pemerintah Iran memutuskan hukuman gantung. Tentu dari kaca mata hukum yang berlaku demikian memang sudah sepantasnya menerima hukuman itu.
Kecaman datang bertubi-tubi dari LSM yang melindungi hak asasi para pecinta sesama jenis. Yang paling menonjol pada berita di web yang penulis baca waktu itu datang dari pihak LSM Belanda. Memang di negara-negara barat, perbuatan semacam itu sudah dianggap lumrah walau masih ada yang ingin menjauhinya hanya dengan alasan tertentu secara logis bagi mereka. Misalnya karena mementingkan generasi keluarga, harga diri, dan tentu agama yang dianut. Penentangan hukuman sampai mati bagi para pelaku homoseks bagi penentangnya adalah perbuatan yang melanggar HAM.
Beberapa kaum gay mengatakan bahwa kita sendiri juga tidak tahu mengapa kita diciptakan oleh Tuhan untuk menyukai sesama jenis. Ini sudah dari Tuhan. Takdir, papar para kaum gay dengan pembelaan perasaan kemanusiaan. Penulis melihat sekali lagi pasti ada kausalitas. Baik dari latar belakang intern maupun ekstern yang membuat mereka memiliki orientasi seperti itu.
Lebih-lebih bagi masyarakat yang telah menganggap perbuatan homoseksual adalah sudah dianggap normal. Disinilah akan muncul fenomena yang sekarang ini bisa dianggap biasa maupun lucu. Adalah perkawinan sesama jenis. Banyak LSM, para pemikir dari berbagai agama dengan dalih menggunakan kepintaran yang telah diperoleh untuk mendapatkan legitimasi bahwa perilaku homoseksual itu memang sudah takdir dari Tuhan. Tentu banyak yang pro dan kontra dengan sikap para pemikir ini. Penulis sendiri memahami akan sebuah perbuatan yang dilakukan manusia adalah hak asasi bagi pelaku.manusia bebas melakukan apa yang ingin dilakukan sesuai dengan kehendaknya. Walaupun pada akhirnya akan menimbang resiko kausalitas. Tapi bagi masyarakat yang semakin lama semakin terbuka dan apatis terhadap eksistensi tujuan hidup yang penulis sendiri melihat bahwa hidup ini hanya sementara di dunia. Ada kehidupan lain yang lebih kekal, yaitu akhirat dan inilah tujuan sejati hidup manusia di dunia menuju perjupaan dengan Pencipta. Menjadi prihatin bagi yang kontra dan tentu sebuah berita bahagia bagi para kaum gay dan lesbi. Banyak sekarang para pasangan homoseksual yang telah sah dimata hukum negara dengan melakukan pernikahan. Bahkan menurut penulis adalah sebuah tindakan gila, karena para kaum gay dan lesbi ingin memperoleh anak. Benar-benar gila dan tidak waras. Jalan yang ditempuh oleh mereka dengan adopsi atau gay parenting (baca lebih lanjut di www.thinkandask.com atau www.orange.nl) dan ensiminasi. Pohon saja kalau mau berbuah ada faktor lain jenis, hewan pun demikian. Ini berarti kualitas martabat peradaban manusia dipertanyakan. Kadang perlu ditinjau kembali akan pernyataan kalau manusia adalah hewan yang berpikir.
Banyak juga dari kaum gay dan lesbi menggunakan kekuatan massa melakukan demonstrasi ingin mendapat kesetaraan dimata masyarakat dan hukum negara dan agama. Mereka menggembar-gemborkan HAM dan segala rupa atas dasar kemanusiaan.hal ini memang bersifat humanisme. Karena sebenarnya humanisme atau kemanusiaan adalah yang berada dalam konteks budaya dalam komunitas tertentu, papar Muhammad Muhyiddin. Baik di Indonesia lebih-lebih di negara yang beraneka macam.


Homoseksual sebagai Pilihan Hidup

Banyak yang menjalani kehidupan ini apa adanya. Waktu memang terus berjalan dan tentu tidak bisa diputar kembali. Manusia memiliki cipta, rasa dan karsa yang sempurna dibandingkan makhluk lain. Keindahan memuja rupa kadang memabukan dan membuat tergila-gila. Hal inilah yang menurut pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam penjelasannya bahwa para kaum homoseksual adalah kaum para pemuja rupa dan penampilan. Mereka sangat mengagumi penampilan fisik semata. Dan para kaum gay dan lesbi apabila sudah menjadi-jadi dalam hubungan sesama jenis berasumsi dan memutuskan hidupnya bahwa ini adalah pilihan hidup. Jadi mau bagaimana lagi papar kaum homoseksual. Erbe Sentanu menjelaskan bahwa perbuatan yang akan dilakukan manusia pasti dipikir dulu. Ada dua pikiran positif dan negatif, ”Pikiran positif yang rasanya enak berarti positif dan pikiran positif yang rasanya tidak enak berarti negatif (2007:98). Hargailah apa yang kita miliki walau kadang yang enak-enak itu belum tentu baik untuk ke depan dan juga sebaliknya. Jangan sampai terkecoh asal perbuatan dalam pikiran enak itu positif. Para kaum gay dan lesbi enak merasakan hubungan itu menurut mereka, tapi apakah hati nurani bisa berbohong?Walau masih juga yang terus berperang dalam hati dan jiwa mereka.
Kehidupan ini memang pilihan. Hanya ada dua pilihan, memilih yang baik atau yang sebaliknya. Silakan sendiri memutuskan dengan menggunakan rasio berpikir, perasaan dan apa yang dimiliki manusia dalam dirinya.
Pikiran kita menjadi panas menyangkut masalah ini. Inilah kehidupan dengan serba serbinya. Ada yang berpendapat bahwa kehidupan ini merupakan panas yang berasal dari instink (Ibnu Qayyim dalam Roh: 301).

Fitrah Manusia diciptakan Berpasang-pasangan

Sejak manusia pertama diciptakan oleh Allah Swt, yaitu Adam As yang lama tinggal di surga sendirian akhirnya Hawa diciptakan untuk mendampinginya. Dan akhirnya mendapatkan anak Qabil dan Habil. Setelah turun ke bumi, jumlah manusia beranak-pinak dengan kemajuan dalam berbagai hal. Inilah pertumbuhan dan perkembangbiakan manusia dan makhluk lainnya dengan senantiasa berpasang-pasangan. Apapun makhluknya kalau ingin melanjutkan generasinya pasti dilandasi dengan perkawinan beda jenis.
Allah Swt sudah berfirman yang beberapa kali penulis baca saat acara walimatul urs (upacara pernikahan) yaitu pada Surah Ar-Rum: 20-21. Simaklah dan pahamilah ayat-ayat Al-Qur’an dibawah ini:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”.

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Menjadi perenungan manusia seutuhnya terhadap keberadaan sesungguhnya sebagai makhluk Allah Swt. Fitrah manusia diciptakan laki-laki dan perempuan. Walau beberapa fenomena ada manusia yang berkelamin ganda sehingga mengalami beban kejiwaan untuk memutuskan menjadi laki-laki atau perempuan. Banyak pula pria yang ingin menjadi wanita. Baik yang berkelakuan, berpenampilan, orientasi seksual, bahkan ada yang memutuskan untuk operasi kelamin. Ini sudah menyalahi fitrah. Penulis menekankan bahwa mereka yang menyalahi fitrah adalah manusia yang tidak menggunakan akal, pikiran dan perasaan yang bijak dalam memutuskan pilihan hidup. Walau hidup ini pilihan, tergantung dari yang memilih mau menjadi apa hidup ini.
Allah Swt menegaskan tentang segala sesuatu atau capaian yang diperoleh manusia dalam kehidupan di dunia. Pahamilah ayat di bawah ini,

”Dan, bahwa seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (An-Najm;39)
Manusia seharusnya melakukan tafakur dan tadzakur dalam hidup ini. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa Tadzakkur artinya mengambil pelajaran dan tafakkur berarti memikirkan atau mengamati. Sudah kita melakukannya? Alangkah bahagianya hidup ini dengan senantiasa terjaga dari semua perbuatan dosa. Nikmat sesungguhnya mencapai kesempurnaan iman.
Kaum homoseks lebih lanjut oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2004: 24) dijelaskan bahwa mereka adalah musuh fitrah yang suci. Allah menegaskan akan betapa kotornya perbuatan mereka dengan menyatakan bahwa kaum homoseks adalah penentang fitrah yang Allah telah menciptakan kaum lelaki diatas fitrah tersebut. Mereka juga telah membalik naluri yang sudah Allah susun bagi kaum laki-laki yaitu ketertarikan kepada wanita, bukan kepada sesama lelaki, dan juga para kaum lesbian.

Penutup

Perbuatan kaum gay dan lesbi menjadi perbincangan yang banyak dianggap menjijikan, hina dan dicemooh. Hal ini adanya sosio-kultural yang masih berpegang pada norma. Proporsi masalah yang bermula dari perbuatan kaum Luth ini sangat ditentang bagi yang berpegang pada keyakinan bahwa hal itu memang dilaknat Allah Swt. Tapi disisi lain para kaum homoseksual memandang bahwa perbuatan ini adalah sudah takdir dan menjadi pilihan hidup.
Perjuangan HAM dalam masalah ini terus sampai sekarang disuarakan bagi para pecinta sejenis untuk meraih kesetaraan dalam sosial dan hukum termasuk ingin merevisi hukum Tuhan bagi para pemikir yang tidak bijak. Hal ini sungguh tidak menyebabkan kebahagian sejati manusia hidup di dunia sementara. Akhirat adalah tujuan nyata, karena berbagai hal yang menyebabkan suatu kejadian itu baik dan buruk tergantung dari upaya manusia.
Hendaklah selalu berpegang kepada tali agama Allah dan memohon perlindungan dari godaan syetan yang terkutuk supaya terhindar dari bisikan syetan untuk menyukai sesama jenis.

Daftar Pustaka

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. 2004. Dosa Homoseks: Gunung pun Hancur Karenanya. Solo: Al-Qowam.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. 2007. Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu.Jakarta: PT Darul Falah.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. 2008. Madarijus Salikin: Pendakian Menuju Allah. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.2008. Roh. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Muhyidin, Muhammad. Tanpa tahun. Remaja Pubertas di Tengah Arus.Bandung: Mujahid Press.
Sentanu, Erbe. 2007. Quantum Ikhlas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

* Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Blogger Template by Blogcrowds.